Saat Perilaku Konsumtif Menjadi Budaya Remaja
Saat Perilaku Konsumtif Menjadi Budaya Remaja
Memenuhi kebutuhan hidup merupakan sifat dasar
manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan primer (sandang, pangan, papan);
sekunder (TV, sepeda motor dll); dan tersier (hiburan, mobi, alat rumah tangga
mewah). Usaha manusia untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya telah mengalami
perkembangan.
Kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang
bersifat “hiburan”. Tetapi saat ini kebutuhan tersier seperti menggantikan
kebutuhan primer. Gaya hidup mewah yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui
media elektronik, media cetak, media sosial dll menjadi pedoman mayoritas
masyarakat saat ini terutama kaum muda. Gaya hidup secara luas didefinisikan
sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu
mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan tentang
lingkungan sekitar.
Gaya hidup bisa menjadi indentitas suatu
individu atau kelompok. Hal ini sudah terjadi di berbagai Negara di dunia tak
terkecuali Indonesia. Salah satu faktor pendukung gaya hidup ialah informasi.
Pesatnya perkembangan teknologi jaman sekarang memudahkan masyarakat Indonesia
terutama kaum muda dalam mengakses informasi tentang gaya hidup yang mereka
inginkan. Tidak hanya melalui TV, Koran atau tabloid, kemajuan teknologi
menyuguhkan kemudahan melalui internet. Dengan mudah masyarakat mengakses
internet yang sekaligus menjadi pemicu terjadinya perubahan perilaku seseorang
tentang gaya hidup. Yang dulunya mendapatkan barang produk luar negeri harus
jauh-jauh pergi ke luar negeri, kini dengan mengakses internet memudahkan
masyarakat membeli atau mengkonsumsi barang-barang produksi luar negeri tanpa
harus pergi keluar negeri. Apalagi bagi kaum muda, informasi tentang gaya
terkini, gaya berpakaian artis yang menjadi tren atau tempat nongkrong yang
sedang digemari menjadi sangat mudah untuk diketahui melalui internet
Kini mengkonsumsi barang bukan lagi semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan pokok. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya,
kebutuhan yang sifatnya “hiburan” seperti telah menggantikan kebutuhan pokok.
Di Yogyakarta, khususnya kaum muda dalam hal ini adalah mahasiswa menjadi salah
satu incaran empuk oleh para produsen.
Mahasiswa cenderung mengikuti tren terbaru.
Misalkan seorang mahasiswa mempunyai pakaian yang masih ketika barang masih
layak dipakai tapi demi memenuhi kinginannya untuk mengikuti tren terbaru ia
membeli pakaian tersebut agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Perilaku
semacam ini disebut perilaku konsumtif yakni Ketika seseorang mempunyai hasrat
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara
berlebihan demi kepuasan pribadi.
Perilaku konsumtif semakin berkembang seiring
berjalannya waktu. Banyak faktor yang mendorong perilaku ini. Perilaku ini
tentu menguntungkan bagi pihak produsen. Namun, jika perilaku ini dibiarkan
tentu akan merusak karakter anak bangsa. Seseorang menjadi semakin malas
menciptakan hal baru karena ia dengan mudah memenuhi hasrat mereka yang telah
tersedia di pasar. Sesuatu yang perlu ia lakukan ialah memilih dan membeli
barang tersebut. Walaupun tidak dapat dipungkiri perilaku konsumtif tidak hanya
di alami oleh kaum muda saja khususnya mahasiswa. Anak dibawah umur hingga
orang tua atau dewasapun bisa saja mengalami hal tersebut.
Faktanya berdasarkan data survey yang dirilis
pada tahun 2013 oleh Lembaga Perlindungan Konsumen. Menunjukkan adanya
permintaan barang-barang mewah yang cukup signifikan. Dari yang tadinya 3.6 %
menjadi 19% dari total permintaan barang selama tahun 2013. Belum lagi
kenyaatan bahwa subyek survey kebanyakan merupakan kalangan menegah kebawah
(berpenghasilan 8.00.000-3.000.000 per bulan) menunjukkan adanya kecenderungan
masyarakat kelas menengah menjadi konsumtif.
Hal ini semakin diperparah dengan data dari
Marknetter’s (2013) yang menyatakan bahwa penggerak ekonomi pasar website jual
beli online merupakan kaum muda, dengan rincian; remaja berumur 17-19 menempati
urutan pertama (34%), dilanjutkan oleh netizen berumur 20-28 (27%) kemudian
berumur 28-35 (21%) dan diatas 35 tahun (18%). Dari sini kemudian disimpulkan
bahwasannya pasar online sangat bergantung dari budaya konsumsi dari netizen
yang berusia relatif muda.
Pendapat saya :
cerdas lah dalam membelanjakan uang mu... ingatlah bahwa hemat panggkal
kaa kerana sesungguhnya tren akan terus berkembang dan jika kita memaksa untuk
terus ikut maka hanya ada dua pilihan akan tertinggal atau tetap dengan gaya
sederhana atau ciptakan tren bagi dirimu sendiri...
Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/www.ahdasyamil.com/saat-perilaku-konsumtif-menjadi-budaya-remaja_54f92016a33311f8478b4b84
Komentar
Posting Komentar